Balekambang Solo di Jl Bypass Krian atau Jl Semarang
– Solo tertutup rapat, dan hanya bisa melihat poster promosi
pertunjukan. Semula saya kira karena saat itu hari sudah mulai beranjak
sore sehingga Taman Balekambang telah tutup.
Namun setelah
meneruskan perjalanan, rupanya Pak Jum memutari Taman Balekambang Solo
mencoba masuk melalui pintu belakang yang letaknya berseberangan dengan
gerbang yang tertutup itu. Benar saja pintu belakang itu masih dibuka.
Mobil diparkir di samping luar gerbang.
Setelah membayar tiket
kami pun berjalan kaki memasuki taman. Hal pertama yang menarik
perhatian adalah papan berisi denah rinci tempat menarik yang ada di
taman itu. Lantaran ingatan yang memendek, saya pindahkan informasi itu
pada memori kamI
Inilah tempat yang cocok untuk nongkrong anak muda di surakarta setiap minggu selalu rame.Tulisan elok Taman Balekambang Solo berukuran besar. Di belakangnya,
dengan mendaki bukit rendah, terdapat trap-trapan undakan menurun dengan
tempat duduk semen setengah lingkaran besar dengan panggung terbuka di
trap paling bawah. Cukup bagus, dilengkapi dengan lampu-lampu yang telah
siap terpasang di beberapa titik.
Panggung terbuka serbaguna itu
tentunya bisa digunakan untuk berbagai macam kegiatan masyarakat Solo,
mulai dari kumpul anak-anak sekolah, pertunjukan berbagai kelompok seni,
musik, kegiatan budaya, acara kumpul kantoran, sampai kegiatan
komunitas. Sayang hari itu panggung pertunjukan dalam keadaan kosong,
dan tak ada tanda-tanda akan ada kegiatan di sanaDari Peta Taman Balekambang Solo ini bisa diketahui luasnya area
taman. Ada 17 tempat yang ditandai, mulai dari panggung terbuka, gedung
kesenian, Partinah Bosch, Partini Tuin, Danau, Bale Apung, Kolam Renang,
Bale Tirtoyoso, Batu Lintang, Musholla, Taman Reptil, Batu Asmara,
Jalan Batu, MCK, lokasi outbound, dan terakhir kebun pembibitan.
Dari
panggung terbuka saya ke Gedung Kesenian di sisi kiri. Saat itu
perbaikan sedang dilakukan pada interior gedung. Sekitar tahun 70-an
sampai akhir 80-an grup lawak Srimulat pernah berjaya di tempat ini,
sebelum gulung tikar. Dari sana kami menuju ke sebuah kolam bundar
dengan patung wanita Jawa cantik di tengahnya.
Di lapangan rumput
hijau ada Rusa Jawa jinak gemuk yang tengah bermalas-malasan di udara
bebas. Ada pula pasangan anak muda bercengkerama di bawah pohon rindang,
dengan meja dikelilingi empat buah kursi taman. Menyenangkan. Di
Jakarta, orang harus membayar minuman mahal di cafe untuk sekadar duduk
berbincang dengan karibnya.
.